Kondisi Aceh Timur yang belum menjadi daerah ramah anak tentunya dibutuhkan sebuah gebrakan untuk perubahan. Children`s Media Centre menilai untuk melakukan perubahan itu tidak harus melalui gerakan politik yang pragmatis, apalagi gerakan politik selalu hanya berlangsung instan dan tidak mengakar, bahkan kecendrungannya terjadi perpecahan, Berdasarkan pembelajaran sejarah sejarah kegagalan gerakan politik, maka dibutuhkan suatu tindakan yang mengakar dan membudaya agar Aceh Timur menjadi ramah anak. Diperlukannya gerakan budaya karna ternyata gerakan ini jauh lebih mengakar dan dapat menyatukan masyarakat,Untuk itu diperlukan gerakan budaya yang dimulai dari pendidikan pendidikan alternatif.
Teater sebagai media untuk pendidikan alternatif
Melihat betapa dahsyatnya kemampuan teater sebagai metode pendidikan, Children`S Media Centre bersama anak anak Aceh Timur mengisiasikan terbentuknya sebuah wadah kreatifitas yang paramuda yang diberi nama dengan CiKriP.
Sebagai media yang efektif, CiKriP menggunakan teater alat untuk turun langsung di masyarakat dengan memberikan pendidikan alternatif sebagai penyadaran dari keadaan yang menindasnya, penyadaran hukum serta pendidikan tentang hak-hak anak. Ini dilakukan agar sistem yang tidak adil berubah. Pendidikan ini diharapkan agar mereka bisa melihat sistem yang tidak adil, yang memperlakukan mereka dengan tidak adil, dan kemudian mendorong mereka untuk bersama-sama melakukan perubahan. Dari berbagai pendekatan-pendekatan pertunjukan itu melahirkan kesadaran terhadap situasi mereka, sekaligus mengajak penontonnya memikirkan persoalan-persoalan tersebut agar ketidakadilan bisa dirubah.
Mengapa kemudian teater digunakan sebagai media pendidikan bagi rakyat? Ketika alat-alat ekspresi verbal, saluran-saluran demokrasi verbal bermasalah, ketika kekuasaan membatasi hak-hak berekspresi, menyensor panggung-panggung kesenian, ekspresi kebudayaan didekati dengan politik kekuasan-dengan pendekatan keamanan maka kemudian muncul aktivitas di bidang pencerahan-sosialisasi nilai, dan bisa dipastikan ia merupakan perspektif lain di luar negara. Aktivitas tersebut memerlukan media, salah satunya adalah teater.
Secara prinsip, pertama, karena hampir semua mengenal seni yang bernama teater. Kedua karena dipandang efektif bisa digunakan di mana pun, tidak banyak memerlukan prasyarat apresiasi, dan bisa diapresiasi siapa pun. Hampir semua latar belakang kebudayaan masyarakat Indonesia memiliki model kesenian yang mirip dengan teater.
Konsep yang terkandung dalam teater adalah Orientasi-Artistik-Organisasi (OAO). Orientasi adalah ideologi yang dibawa, artistik berkaitan dengan kaidah-kaidah berkesenian, organisasi yaitu pengalaman kelembagaan. Salah satu contoh adalah bagaimana memberdayakan seluruh potensi yang ada pada diri seseorang. Di awal-awal mengikuti latihan peserta kebanyakan pemalu, tidak berani ngomong, dan minder maka dalam latihan diberikan metode untuk mengatasinya. Sementara kisah yang dipentaskan merefleksikan realitas yang terjadi di sekitar mereka. Proses tersebut dilakukan bersama-sama dengan terlebih dahulu membongkar permasalahan mereka sendiri sehingga muncul kesadaran keluar dari ketertindasan. Tanpa mengesampingkan kaidah-kaidah berteater, mereka memiliki pengalaman kolektif dan menyuarakan keadaannya.
Teater adalah sebuah metodologi, bagaimana anak menggunakan tubuhnya sebagai alat ungkap, yaitu mengungkapkan kehidupannya. Tubuhnya dipakai sebagai alat ekspresi untuk berdialog dengan masyarakat lain untuk mencapai pemahamaan terhadap situasi kehidupan mereka secara bersama-sama sehingga diharapkan ada upaya bersama-sama merubahnya. Seseorang sadar akan tubuhnya yang dipakai untuk mengungkapkan ide, pesan, diintegrasikan dengan gerak tari-kerjasama-suara-irama, pelan-pelan dibangun sehingga menjadi sebuah pementasan. Ia adalah ‘ruang bicara’ bagi kehidupannya, pendidikan yang membebaskan rakyat khususnya anak dari cengkeraman-cengkeraman pihak lain sehingga diharapkan mereka lebih manusiawi, karena itulah subjektivitas dan peran sosial mereka ditumbuhkan-dikembangkan. Semoga dengan maraknya metode metode pendidikan alternatif seperti mampu membuat masyarakat Aceh Timur menjadi daerah yang ramah anak.
Dodi Sanjaya | Sahabat Community Kreatifitas Paramuda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar